1.
PENDAHULUAN
Kata
linguistik berpadanan dengan linguistics
dalam bahasa Inggris, linguistique
dalam bahasa Perancis, dan linguistiek dalam
bahasa Belanda. Dalam bahasa Perancis mempunyai tiga istilah untuk menyebut
bahasa,antara lain parole adalah bahasa dalam wujudnya yang
nyata, yang konkret, yang berupa ujaran yang diucapkan anggota masyarakat dalam
kegiatan sehari-hari. Langue adalah suatu bahasa tertentu, seperti
bahasa Indonesia, bahasa Jawa yang mengacu pada suatu sistem bahasa tertentu,
yang bersifat abstrak. Langage adalah bahasa secara umum yang mengacu
sistem bahasa manusia yang bersifat paling abstrak.
2.
OBJEK
LINGUISTIK : BAHASA
A. PENGERTIAN BAHASA
Bahasa adalah sistem lambang bunyi
yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja
sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.
B. HAKIKAT BAHASA
a. Bahasa Sebagai Sistem: Sebagai sistem,
bahasa itu bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya bahasa itu
tersusun menurut suatu pola. Sistemis artinya bahasa itu bukan merupakan sistem
tunggal, tetapi terdiri dari subsistem2. Jenjang subsistem dalam linguistik
dikenal dengan nama tataran linguistik atau tataran bahasa. JIka diurutkan tataran
bahasa dari terendah sampai tataran tertinggi adalah tataran fonem, morfem,
frase, klausa, kalimat, dan wacana.
b. Bahasa Sebagai Lambang: Kata lambang
sering dipadankan dengan kata simbol. Lambang dengan segala seluk-beluknya
dikaji orang dalam kegiatan ilmiah dalam bidang ilmu semiotika atau semiologi,
yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia
termasuk bahasa.
c. Bahasa adalah Bunyi: Yang dimaksud
bunyi pada bahasa adalah bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Dalam linguistik, bahasa primer adalah yang diucapkan, yang dilisankan, yang
keluar dari alat ucap manusia. Sedangkan bahasa tulisan hanya bersifat
sekunder.
d. Bahasa Itu Bermakna: Bahasa itu adalah
suatu pengertian, konsep, ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam
wujud bunyi, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna.
e. Bahasa Itu Arbitrer: Abitrer adalah
tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa dengan konsep/ pengertian
yang dimaksud oleh lambang tersebut.
f. Bahasa Itu Konvensional: Konvensional
artinya semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang
tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya.
g. Bahasa Itu Produktif: Maksudnya
meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang
jumlahnya terbatas, itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak
terbatas.
h. Bahasa Itu Unik: Dikatakan unik artinya
setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa
lainnya.
i. Bahasa Itu Universal: Universal artinya
ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini.
j. Bahasa Itu Dinamis: Dalam kehidupannya
kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu berubah, maka bahasa itu menjadi
ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi tidak statis.
k. Bahasa Itu Bervariasi: Setiap bahasa
digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk dalam suatu masyarakat bahasa.
Adapun yang termasuk dalam masyarakat bahasa adalah mereke yang merasa
menggunakan bahasa yang sama. Ada 3 istilah mengenai variasi bahasa, yaitu
idiolek, dialek, dan ragam.
l. Bahasa Itu Manusiawi: Bahasa itu hanya
milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia.
C. KLASIFIKASI BAHASA
a. Klasifikasi Genetis: Berdasarkan garis
keturunan bahasa-bahasa itu.
b. Klasifikasi Tipologis: Berdasarkan
kesamaan tipe-tipe yang terdapat pada sejumlah bahasa.
c. Klasifikasi Areal: Berdasarkan adanya
hubungan timbal balik antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain di dalam
suatu areal atau wilayah, tanpa memperhatikan apakah bahasa itu berkerabat
secara genetik atau tidak.
d. Klasifikasi Sosiolinguistik:
Berdasarkan hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor yang berlaku dalam
masyarakat; tepatnya berdasarkan status, fungsi, penilaian yang diberikan
masyarakat terhadap bahasa itu.
3.
TATARAN
LINGUISTIK (1): FONOLOGI
A. FONETIK
Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi
bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai
pembeda makna atau tidak. Menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, fonetik
dibedakan menjadi 3, antara lain fonetik artikulatoris disebut juga fonetik
organis, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam
menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan. Fonetik akustis
mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam. Sedangkan fonetik auditoris mempelajari
bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita.
B.
FONEMIK
Fonemik adalah bidang linguistik yang
mempelajari fonem. Dalam fonemik kita meneliti apakah perbedaan bunyi itu
mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Jika bunyi itu membadakan
makna, maka bunyi tersebut disebut fonem, dan jika tidak membedakan makna
adalah bukan fonem.
4.
TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI
Morfologi
adalah cabang linguistik yang mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa
sebagai satuan gramatikal. Dalam kajian morfologi ini akan dibicarakan seluk
beluk morfem. Sebagai satuan fungsional, morfem merupakan satuan gramatikal
terkecil yang mempunyai makna.
A.
MORFEM
a.
Morfem bebas dan morfem terikat
·
Morfem bebas adalah morfem yang tanpa
kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Sedangkan morfem terikat
adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul
dalam pertuturan.
b.
Morfem utuh dan morfem terbagi
·
Semua morfem dasar bebas adalah
termasuk morfem utuh. Sedangkan morfem terbagi adalah sebuah morfem yang
terdiri dari dua buah bagian yang terpisah. Misalnya kata kesatuan terdapat
satu morfem utuh, yaitu [satu] dan satu morfem terbagi, yaitu [ke-/-an].
c.
Morfem segmental dan suprasegmental
·
Morfem segmental adalah morfem yang
dibentuk oleh fonem-fonem segmental, dengan kata lain morfem segmental adalah
semua morfem yang berwujud bunyi. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem
yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi,
dsb.
d.
Morfem beralomorf zero
·
Morfem beralomorf zero atau nol yaitu
morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa
prosodi, melainkan berupa “kekosongan”.
e.
Morfem bermakna leksikal dan morfem
tidak bermakna leksikal
·
Morfem bermakna leksikal adalah
morfem-morfem yang telah memiliki makna pada dirinya sendiri, tanpa perlu
berproses dulu dengan morfem lain. Morfem tak bermakna leksikal tidak mempunyai
makna apa-apa pada dirinya sendiri.
B.
KATA
Kata adalah satuan bahasa yang memiliki
satu pengertian atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi,
dan mempunyai satu arti.
C.
PROSES MORFEMIS
a.
Afiksasi
b.
Reduplikasi (kata ulang)
c.
Komposisi (pemajemukan/penggabungan)
d.
Konversi, Modifikasi Internal, dan
Suplesi
e.
Pemendekan
D.
MORFOFONEMIK
Morfofonemik disebut juga morfonemik,
morfofonologi, atau morfonologi atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam
suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi.
Perubahan fonem dalam proses morfofonemik ini dapat berwujud: (1) pemunculan
fonem, (2) pelepasan fonem, (3) peluluhan fonem, (4) perubahan fonem, (5)
pergeseran fonem.
5.
TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS
A.
FRASE
Frase adalah satuan gramatikal yang berupa
gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan
kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat.
·
Jenis Frase
a.
Frase Eksosentrik
b.
Frase Endosentrik
c.
Frase Koordinatif
d.
Frase Apositif
B.
KLAUSA
Klausa adalah satuan sintaksis berupa
runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, didalam konstruksi itu
ada komponen berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat, dan yang
lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan.
a.
Jenis Klausa
1.
Berdasarkan Strukturnya
·
Klausa Bebas atau klausa final ( klausa
yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai subjek dan
predikat dan berpotensi menjadi kalimat ).
·
Klausa Terikat atau klausa nonfinal (
klausa yang memiliki struktur yang tidak lengkap dan tidak berpotensi menjadi kalimat).
2.
Berdasarkan Kategori Segmental yang
Menjadi Predikatnya, dapat dibedakan adanya klausa verbal, klausa nominal,
klausa adjektival, klausa adverbial, klausa numeralia, klausa pronominal, dan
klausa preposisional.
C.
KALIMAT
Kalimat adalah susunan kata-kata yang
teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Yang menjadi dasar kalimat adalah
konstituen dasar dan intonasi final, sebab konjungsi hanya ada kalau
diperlukan. Konstituen dasar itu biasanya berupa klausa. Jadi, kalau pada
sebuah klausa diberi intonasi final, maka akan terbentuklah kalimat itu.
D.
WACANA
Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap,
sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau
terbesar. Sebagai satuan bahasa yang lengkap maka dalam wacana itu terdapat
konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh yang bisa dipahami oleh pembaca
atau pendengar tanpa keraguan apapun.
a.
Jenis Wacana
·
Berdasarkan sarana penyampaiannya: (1)
wacana lisan (2) wacana tulis.
·
Berdasarkan bentuk penyampaiannya: (1)
wacana prosa (2) wacana puisi.
·
Berdasarkan materi yang akan
disampaikannya: (1) wacana eksposisi, (2) wacana deskripsi, (3) wacana
argumentasi, (4) wacana narasi, (5)
wacana persuasi.
6.
TATARAN LINGUISTIK (4): SEMANTIK
A.
MAKNA
a.
Jenis makna
·
Makna Leksikal, Gramatikal, dan
Kontekstual
Makna leksikal adalah makna yang
sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indra kita, atau makna apa
adanya. Berbeda dengan makna leksikal, makna gramatikal baru ada kalau terjadi
proses gramatikal, seperti afiksasi, komposisi, atau kalimatisasi. Makna
kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu
konteks.
·
Makna Referensial dan Non-Referensia
Disebut bermakna referensial kalau ada
referensnya, atau acuannya.
·
Makna Denotatif danMakna Konotatif
Makna Denotatif adalah makna aslil,
atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Makna konotatif adalah
makna lain yang “ditambahkan” pada makna denotative tadi yang berhubungan
dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata
tersebut.
·
Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Makna konseptual adalah makna yang
dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Makna
asosiatif adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem atau kata berkenaan
dengan adanya hubungan kita itu dengan sesuatu yang diluar bahasa.
·
Makna Kata dan Makna Istilah
Makna kata masih bersifat umum, kasar
dan tidak jelas. Makna istilah mempunyai makna yang pasti, yang jelas, yang
tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat.
·
Makna Idiom dan Peribahasa
Idiom adalah satuan ujaran yang
maknanya tidak dapat “diramalkan” dari makna unsur2nya, baik secara leksikal
maupun secara gramatikal.
B.
RELASI MAKNA
a.
Sinonim, adalah persamaan kata.
b.
Antonim, adalah lawan kata.
c.
Polisemi, adalah kata yang mempunyai
makna lebih dari satu.
d.
Homonimi, adalah dua buah kata yang
bentuknya kebetulan sama, tapi maknanya berbeda, karena masing-masing merupakan
makna yangb berlainan.
e.
Hoponimi, hubungan semantik antara
sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup dalam makna bentuk ujaran yang
lain.
f.
Ambiguiti/ Ketaksaan, terjadinya
kegandaan makna akibat gramatikal yang berbeda.
g.
Redundasi, berlebih-lebihannya
penggunaan unsure segmental dalam ujaran.
7.
SEJARAH DAN ALIRAN LINGUISTIK
A.
LINGUISTIK TRADISIONAL
a.
Linguistik Zaman Yunani (Abad ke-5 S.M -
2 M. Jadi sekitar 600 thn).
·
Kaum Sophis (abad ke-5 S.M)
·
Plato (429-347 S.M)
·
Aristoteles (384-322 S.M)
·
Kaum Stoik (abad ke-4 S.M)
·
Kaum Alexandrian, Menganut paham
analogi. Bukunya berjudul Tata Bahasa Dionysius Thrax.
b.
Zaman Romawi
·
Varro dan “De Lingua Latina”, yang
terdiri dari 25 jilid.
·
Institutiones Grammaticae atau Tata
Bahasa Priscia, terdiri dari 18 jilid.
c.
Zaman Pertengahan
·
Kaum Modistae, pertentangan antara
fisis dan nomos dan pertentangan antara analogi dan anomali.
·
Tata Bahasa Spekulativa, kata hanya
mewakili adanya benda itu dalam berbagai cara, modus, substansi, aksi,
kualitas, dsb.
·
Petrus Hispanus, pernah menjadi paus
tahun 1276-1277 dengan gelar Paus Johannes XXI. Bukunya berjudul Summulae
Logicales.
d.
Zaman Renaisan
B.
LINGUISTIK STRUKTURALIS
a.
Ferdinand de Saussure (1857-1913,
Course de Linguistique Generale)
b.
Aliran Praha, terbentuk pada tahun
1926.
c.
Aliran Glosematik
d.
Alirab Firthian
e.
Linguistik Sistemik
f.
Leonard Bloomfield dan Strukturalis
Amerika
g.
Aliran Tagmemik
Sumber : Linguistik Umum karya Drs. Abdul Chaer
0 komentar:
Posting Komentar