TRADISI BARATAN DI JEPARA
A.
PENDAHULUAN
Dalam masyarakat Jepara, khususnya di desa Kriyan, Kalinyamatan,
Jepara dalam menyambut bulan puasa mereka menggelar pesta yang disebut pesta
baratan. Baratan adalah tradisi yang berupa arak-arakan/ pawai dilah impes atau
lampion yang digelar setiap tahunnya pada tanggal 15 Sya’ban dalam penanggalan
hijriyah atau 15 ruwah dalam penanggalan jawa atau lebih tepatnya yaitu 15 hari
sebelum puasa ramadhan. Baratan berasal dari Bahasa Arab Bara’ah yang
artinya keselamatan atau Barakah yang artinya keberkahan.
Tradisi tersebut merujuk pada peristiwa pembunuhan Sultan Hadirin,
suami Ratu Kalinyamat, yang dibunuh oleh Arya Penangsang. Jenazah Sultan
Hadirin waktu itu diboyong ke Jepara pada malam hari maka butuh sebuah lampu
penerang, oleh karena itu rombongan Ratu Kalinyamat membawa penerang berupa
obor atau dilah impes. Didalam tradisi ini ada arak-arakan yang terdiri
dari Ratu Kalinyamat, Para Dayang, Prajurit dan rombongan rebana solawatan dan
Impes ( lampion ) yang sangat meriah sekali.
B.
PELAKSANAAN
Dalam menyambut datangnya bulan suci ramadhan, setiap daerah pasti
mempunyai cara yang berbeda-beda. Ada dugderan di Semarang, Padusan di
Yogyakarta dan tak ketinggalan yaitu baratan di Jepara. Baratan adalah tradisi
yang berupa arak-arakan dilah impes. Kepercayaan bagi warga Kalinyamatan dengan
melakukan tradisi Baratan adalah Allah akan memberikan panjang umur,
dosa-dosaya diampuni, dan diberikan lapang rizkinya, karena sebentar lagi
akan bertemu dengan bulan Ramadhan. Adapun pelaksanaan pesta baratan yaitu:
a.
Waktu
Pesta
baratan digelar setiap setahun sekali yaitu tanggal 15 sya’ban atau 15 ruwah
atau lebih tepatnya yaitu 15 hari sebelum puasa ramadhan. Arak-arakan dimulai
pada malam hari setelah solat isya’.
b.
Tempat
Di
desa Kriyan Kalinyamatan Jepara. Dimulai dari Masjid Al-Makmur desa Kriyan, Kecamatan
Kalinyamatan dan diakhiri di pendopo Kecamatan Kalinyamatan.
c.
Kepanitiaan
·
Ketua panitia:
-
·
Ketua umum: -
C.
TATA CARA
Pada pagi harinya diadakan lomba melukis dengan tema pesta baratan,
dan lomba mewarnai bagi anak-anak. Kemudian malam harinya warga desa
melaksanakan solat maghrib berjamaah, dilanjutkan doa bersama di mushola maupun
masjid. Adapun doa yang dibaca yaitu surat Yasiin sebanyak tiga kali, doa nisfu
sya’ban, dan doa yang dipimpin oleh ustad maupun kyai. Setelah itu diadakan
bancaan yaitu makan bersama berupa makanan khas pada malam baratan yaitu puli.
Puli adalah makanan yang dibuat dari beras yang dimasak, kemudian setelah
matang dicampuri bleng supaya rasanya kenyil, setelah itu ditumbuk sampai halus,
setelah halus dipotong kotak-kotak dan ditaburi dengan parutan kelapa. Setelah
bancaannya selesai dilanjutkan dengan solat isya’ berjamaah dan setelah itu
arak-arakan dimulai. Dimulai dari Masjid Al-Makmur Kriyan, Kalinyamatan dan
diakhiri di pendopo Kecamatan Kalinyamatan.
Sementara itu warga desa menyalakan obor maupun dilah impes didepan
rumah masing-masing. Sedangkan anak-anak atau anak muda berkeliling kampung
dengan membawa dilah impes. Mereka percaya kalau menyalakan obor didepan rumah
dan berkeliling desa membawa dilah impes catatan amal warga kampung akan terang
karena berteatan dengan malam nisfu sya’ban yaitu tutupnya buku catatan amal
umat islam.
D.
TATA KRAMA
Pada malam baratan warga desa dianjurkan untuk membuat makanan khas
yaitu puli. Puli diambil dari bahasa Arab Afwu lii, yang berarti 'maafkanlah
aku'. Karena itu puli merupakan makanan yang
harus ada pada malam baratan dan digunakan sebagai simbol permintaan maaf.
Dalam arak-arakan ada seseorang yang menjadi Ratu Kalinyamat yang
diarak dengan menaiki dhokar. Tentu bukan sembarang orang bisa menjadi Ratu
Kalinyamat. Mereka harus memenuhi syarat antara lain mereka harus cantik,
usianya 17 sampai 20 tahun, masih perawan, dan sanggup puasa selama 40 hari
sebelum acara baratan dimulai.
E.
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Tradisi
baratan adalah suatu tradisi dalam menyambut datangnya bulan suci ramadhan, yang
bermaksud untuk menghormati Sultan Hadirin. Tradisi tersebut dilaksanakan
dengan cara mengadakan bancaan bersama dengan makanan khasnya yaitu puli yang
di taburi parutan kelapa, yang diadakan di mushola-mushola, dan masjid-masjid.
Warga desa juga menyalakan obor maupun dilah impes di depan rumah masing-masing.
Selain itu, untuk memeriahkan malam baratan diadakan pawai dilah impes dan obor
yang dimulai dari Masjid Al-Makmur desa Kriyan, Kecamatan Kalinyamatan dan
diakhiri di pendopo Kecamatan Kalinyamatan.
0 komentar:
Posting Komentar